BAB
1
LATAR
BELAKANG
1.1
Sejarah Imunologi
Imunologi
berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari
imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah
selama wabah Athena tahun 430 SM.
Thucydides mencatat
bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa
terkena penyakit sekali lagi. dan diteliti oleh Louis Pasteur pada
perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman.
Teori Pasteur merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert Koch membuktikan
teori ini pada tahun 1891,
untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada tahun 1905.
Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan
penyebab dari penyakit infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada
tahun 1901 dengan
penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.
Imunologi membuat perkembangan hebat
pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan cepat pada penelitian imunitas humoral danimunitas selular.
Paul Ehrlich mengusulkan teori rantai-sisi yang
menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. Kontribusinya pada pengertian
imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908,
yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie Metchnikoff.
Tubuh
manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena
itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga
berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun
mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri
khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Tubuh
manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi
oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan
negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan
tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respons
imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap
antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat
melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme
pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme
pertahanan spesifik.
Mekanisme
pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau
imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk
satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah
ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi
bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Imunitas atau kekebalan adalah
sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit,
serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme
yang sehat dan jaringan agar
tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme
Artinya
semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis dari
mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan,
pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan
tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba patogen yang
menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan pertahanan kedua yang
dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi fagosit, inflamasi
demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag, sel
dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel
yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak.
Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar
lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak oleh
mikroba. Dan jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.
2.2 Dua jenis Kekebalan Tubuh
(Imunitas) yakni,
1.
Kekebalan alami atau non-spesifik
(innate immunity) ,
merupakan
pertahanan tubuh yang mendasar dan kita miliki semenjak lahir dan bersifat
non-spesifik (artinya tidak bersifat khusus terhadap zat asing
tertentu). ditujukan untuk menangkal masuknya segala macam zat dari luar
yang asing bagi tubuh, yang dapat menimbulkan kerusakan tubuh (penyakit).
Contohnya berbagai bakteri, virus, parasit, atau zat-zat yang berbahaya bagi
tubuh.
2.
kekebalan dapatan (acquired immunity)
atau Spesifik,
merupakan
pertahanan tubuh yang terbentuk sebagai respon adanya zat asing yang masuk ke
dalam tubuh, bersifat spesifik, dan memiliki kemampuan mengingat. misalnya
pertahanan fisik (kulit, selaput lendir), kimiawi (enzim, keasaman lambung),
mekanik (gerakan usus, rambut getar selaput lendir), fagositosis (penelanan
kuman atau zat asing oleh sel darah putih), serta zat komplemen (pelengkap)
yang berfungsi pada berbagai proses pemusnahan kuman atau zat asing. Kekebalan
ini hanya akan Bereaksi pada kuman atau zat asing yang sudah dikenal, artinya
bila jenis kuman atau zat asing tersebut sudah pernah atau lebih dari satu kali
masuk ke dalam tubuh manusia.
Jadi
jika Tubuh kita terasa tidak enak atau sudah ada gejala sakit, Jangan terlalu
langsung cepat mengkonsumsi obat-obatan kimia, antibiotic,atau berobat dengan
resep dokter,,beri kesempatan pada Tubuh kita dalam hal ini Sistem Imun untuk
menyembukan diri sendiri yang tentunya dibarengi dengan istirahat yang cukup
dan hindari stress.
Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen,
termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul
ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya
infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik,
seperti severe combined immunodeficiency,
atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS)
yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan
sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut
merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus
tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologitersebut
pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.
Menurut
Sherwood (2001) sistem imun bawaan atau sistem imun nonspesifik adalah respon
pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi
benda asing atau abnormal dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali
terpajan. Respon ini membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor
yang mengancam, termasuk agen infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang
menyertai trauma mekanis atau luka bakar termasuk dalam menghadapi serangan
berbagai mikroorganisme. Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan
terhadap mikroorganisme tertentu (Baratawidjaya, 2002). Selain itu sistem imun
ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak
memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat.
Imunomodulator adalah
adalah zat yang dapat memodulasi (mengubah atau memengaruhi) sistem imun tubuh
menjadi ke arah normal. imunomodulator adalah obat, dan bukan suplemen yang bisa
dikonsumsi sehari-hari. Fungsinya hanya membantu meningkatkan sistem kekebalan
. Konsumsi imunomodulator pada orang normal tidak ada gunanya, karena tubuh
yang sehat masih mampu untuk menyeimbangkan sistem imun secara otomatis,
kecuali jika tubuh telah mengalami keadaan sakit.
Terdapat 2 jenis peran
Imunomodulator:
1)
Imuno stimulator atau stimulant, yaitu
imunomodulator yang berperan menguatkan sistem imun tubuh
2)
Imuno suppressan, yaitu imunomodulator
yang menekan reaksi sistem imun yang berlebihan saat bersaaman diberikan dengan
antibiotic.
2.3 Sifat Sistem Imun Bawaan Atau Nonspesifik
1.
Resistensi tidak berubah oleh infeksi
berulang
2.
Umumnya efektif terhadap semua zat asing
3.
Terjadi pada awal infeksi untuk
menghancurkan virus, mencegah atau mengendalikan infeksi
4.
Eksposur menyebabkan respon maksimal
segera, berlangsung cepat
5.
Tidak ada memori imunologikal
6.
Respon tidak spesifik, umumnya efektif
terhadap semua mikroba
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Imum
Bawaan
1.
Spesies
Perbedaan
spesies memiliki perbedaan kerentanan yang jelas terhadap mikroorganisme asing.
Misalnya, tikus sangat resisten, sedang manusia sangat rentan terhadap difteri.
2.
Keturunan dan usia
Peranan
heriditer yang menentukan resistensi terhadap infeksi terlihat dari studi
tuberkolosis pada pasangan kembar. Bila satu dari kembar homozigot menderita
tuberkolosis, pasangan lainnya menunjukkan resiko lebih besar untuk juga
menderita tuberkolosis dibanding dengan pasangan kembar yang heterozigot.
Infeksi sering terjadi lebih berat pada anak usia balita dan binatang muda
dibanding usia dewasa. Hal tersebut disebabkan karena sistem imun yang belum
matang pada usia muda.
Yang berarti:
Ø Peran
hereditas menentukan resistensi terhadap infeksi
Ø Usia
muda (anak) lebih rentan terkena infeksi karena system imun yang belum matang
Ø Usia
lanjut disertai dengan penurunan resistensi terhadap infeksi
3.
Hormon
Ø Sebelum
pubertas sistem imun pada pria dan wanita sama
Ø System
imun berkembang pada usia dewasa
Ø Hormon
estrogen pada wanita membantu meningkatkan system imun bayi
Ø Pada
diabetes melitus, hipotiroidisme dan disfungsi adrenal ditemukan resistensi
yang menurun terhadap infeksi. Sebabnya belum diketahui. Steroid yang merupakan
antiinflamsi berefek menurunkan kemampuan fogositosis, tetapi juga menghambat
efek tosik endotoksin yang dihasilkan kuman.
4.
Suhu
Kelangsungan
hidup banyak jenis mikroorganisme tergantung pada suhu.
Ø Pada
suhu normal beberapa mikroorganisme tidak menginfeksi manusia
Ø Suhu
mempengaruhi tingkat infeksi tergantung karakteristik mikroorganismenya
5.
Faktor nutrisi
Nutrisi
yang baik dapat meningkatkan system imun, begitu juga sebaliknya.
6.
Flora normal
Flora
normal kulit dapat memproduksi berbagai bahan anti microbial.
7.
Stress
Stress
juga dapat mempengaruhi katahanan tubuh menjadi kurang baik.
2.5 Macam Macam Dan Fungsi Dari Pertahanan
Humoral dan Seluler Imunitas Bawaan
1)
Pertahanan Fisik/Mekanik
Dalam
sistem pertahanan fisik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan
bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Kulit yang
rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok
akan meninggikan resiko infeksi.
2)
Pertahanan Biokimia
Bahan
yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit,
telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan
tubuh secara biokimiawi. Asam HCL dalam cairan lambung, lisozim dalam keringat,
ludah, air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman
gram positif dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung
laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E.
coli dan staphylococcus.
Lisozim
yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal
tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat
mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas
3)
Pertahanan Humoral
Sistem
imun nonspesifik ini menggunakan berbagai molekul larut tertentu yang
diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi lokal, misalnya peptida antimikroba
(defensin, katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral). Namun juga ada faktor
larut lainnya yang diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke
jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti komplemen dan PFA (Protein Fase
Akut).
Pertahanan
humoral diperankan oleh komplemen, interferon dan CRP (C Reaktif Protein /
protein fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin):
a.
Komplemen
Komplemen
mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
Ø Komplemen
dapat menghancurkan sel membran bakteri
Ø Merupakan
faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
Ø Komponen
komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan makrofag untuk
mengenal dan memfagositosis (opsonisasi)
b.
Interferon
Ø Interferon
adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang
mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.
Interveron mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar
sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping
itu, interveron juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang
diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada
permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian
membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.
c.
Reactive Protein (CRP)
Ø Peranan
CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk oleh
badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat
(100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada
imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai
molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
d.
Kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin)
Ø Lektin
mannose-binding (MBL), juga disebut protein mannose-binding protein atau
mannan-binding (MBP), merupakan lektin yang berperan dalam kekebalan bawaan.
MBL milik kelas collectins dalam tipe C lektin superfamili, yang fungsinya
tampaknya pengenalan pola pada baris pertama pertahanan dalam host pra-imun.
MBL mengakui pola karbohidrat, ditemukan pada permukaan sejumlah besar patogen
mikro-organisme, termasuk bakteri, virus, protozoa dan jamur. Pengikatan MBL ke
mikro-organisme hasil di aktivasi jalur lektin dari sistem komplemen . Fungsi penting
lain MBL adalah bahwa molekul ini mengikat pikun dan apoptosis sel dan
meningkatkan terperosok keseluruhan, sel apoptosis utuh, serta puing-puing sel
oleh fagosit.
2.6 Lapisan pelindung pada imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi
dengan lapisan pelindung khusus yang meningkat .Pelindung fisikal mencegah
patogen seperti bakteri dan virusmemasuki
tubuh.Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem imun bawaan menyediakan
perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun bawaan
ditemukan pada semua jenis tumbuhan dan binatang.[2] Namun,
jika patogen berhasil melewati respon bawaan, vertebrata memasuki perlindungan
lapisan ketiga, yaitu sistem imun adaptif yang
diaktivasi oleh respon bawaan. Disini, sistem imun mengadaptasi respon tersebut
selama infeksi untuk menambah penyadaran patogen tersebut. Respon ini lalu
ditahan setelah patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologikal dan
menyebabkan sistem imun adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan yang
lebih kuat setiap patogen tersebut ditemukan
2.7 Komponen Imunitas
NO
|
Sistem Imun Bawaan
|
Sistem Imun Adaptif / Dapatan
|
1
|
Respon
tidak spesifik
|
|
2
|
Eksposur
menyebabkan respon maksimal segara
|
Perlambatan
waktu antara eksposur dan respon maksimal
|
3
|
||
4
|
Tidak
ada memori imunologikal
|
Eksposur
menyebabkan adanya memori imunologikal
|
5
|
Ditemukan
hampir pada semua bentuk kehidupan
|
Baik
imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk memusnahkan
baik molekul sendiri
dan non-sendiri. Pada imunologi,
molekul sendiri adalah komponen tubuh organisme yang dapat
dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem imun.[4] Sebaliknya,
molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu
kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen (kependean
dari generator antibodi) dan dianggap sebagai bahan yang menempel
pada reseptor imun spesifik
dan mendapatkan respon imun.
2.8 Imunitas Adaptif
Imunitas
adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon imun yang
lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang tiap patogen diingat oleh tanda antigen.[39] Respon
imun adaptif spesifik-antigen dan membutuhkan pengenalan antigen "bukan
sendiri" spesifik selama proses disebut presentasi antigen. Spesifisitas
antigen menyebabkan generasi respon yang disesuaikan pada patogen atau sel yang
terinfeksi patogen. Kemampuan tersebut ditegakan di tubuh oleh "sel
memori". Patogen akan menginfeksi tubuh lebih dari sekali, sehingga sel
memori tersebut digunakan untuk segera memusnahkannya.
1.
Limfosit
Sel
sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B dan sel T adalah
tipe utama limfosit yang berasal dari sel punca hematopoietik
pada sumsum tulang Sel B ikut serta
pada imunitas humoral,
sedangkan sel T ikut serta pada respon imun selular.
Baik
sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifil. Sel T
mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen
(fragmen kecil patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan
reseptor "sendiri" yang disebut molekul major
histocompatibility complex (MHC). Terdapat dua subtipe
utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu.
Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas I MHC,
sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada
molekul kelas II MHC.
Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran berbeda dua tipe
sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah sel T yang
mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor MHC Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada
permukaan sel B dan mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen.
Tiap keturunan sel B memiliki antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor
antigen sel B yang lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi
oleh tubuh.
2.
Sel T pembunuh
Sel
T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing
atau abnormal di permukaan mereka. Sel T pembunuh adalah
sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen
lainnya), atau merusak dan mematikan patogen.Seperti sel B, tiap tipe sel T
mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel T mereka
melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel
lainnya. Pengenalan MHC ini kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada
sel T yang disebut CD8. Sel T lalu
berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I MHC mengangkat
antigen. Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan
yang membentuk pori pada membran plasma sel,
membiarkan ion,
air dan toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel mengalami apoptosis. Sel T
pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus. Aktivasi sel T dikontrol dan
membutuhkan sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan
aktivasi sinyak yang disediakan oleh sel T pembantu.
3.
Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur
baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe respon imun
mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus. Sel tersebut tidak memiliki
aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan
patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan
sel lain untuk melakukan tugas tersebut.
Sel
T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada
molekul MHC kelas II. MHC antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel
pembantu CD4 yang merekrut
molekul di dalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T. Sel T
pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC antigen kompleks daripada
pengamatan sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T
pembantu yang harus dililit pada MHC antigen untuk mengaktifkan sel pembantu,
sementara sel T pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul MHC antigen.
Kativasi sel T pembantu juga membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan
sel yang memiliki antigen. Aktivasi sel T pembantu yang beristirahat
menyebabkan dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel.
Sinyak sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantu memperbesar fungsi
mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel T pembunuh. Aktivasi sel T pembantu
menyebabkan molekul diekspresikan pada permukaan sel T, seperti CD154),
yang menyediakan sinyal stimulasi ekstra yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel
B yang memproduksi antibodi.
4.
Antibodi dan limfosit B
Sel B mengidentifikasi
patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen
asing. Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi
oleh proteolisis ke
peptid. Sel B lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC
kelas II. Kombinasi MHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang
melepas limfokin dan
mengaktivkan sel B. Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya (sel plasma)
mengeluarkan jutaan kopi limfa yang
mengenali antigen itu. Antibodi tersebut diedarkan pada plasma darah dan limfa,
melilit pada patogen menunjukan antigen dan menandai mereka untuk dihancurkan
oleh aktivasi komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga
dapat menetralisir tantangan secara langsung dengan melilit toksin bakteri atau
dengan mengganggu dengan reseptor yang digunakan virus dan bakteri untuk
menginfeksi sel.
5.
Imunitas adaptif alternatif
Walaupun
molekul klasik sistem imun adaptif (seperti antibodi dan reseptor sel T)
ada hanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan
pada vertebrata tak
berahang primitif, seperti lamprey dan hagfish.
Binatang tersebut memproses susunan besar molekul disebut reseptor limfosit
variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata berahang, diproduksi dari
jumlah kecil (satu atau dua) gen.
Molekul tersebut dipercaya melilit pada patogen dengan
cara yang sama dengan antibodi dan dengan tingkat spesifisitas yang sama.
BAB
III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Innate
immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untukmengeliminasi
mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan non-spesifik.
Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan
jenis dari mikroba itu.
Sistem
imun nonspesifik memiliki sifat:
Ø Resistensi
tidak berubah oleh infeksi berulang
Ø Umumnya
efektif terhadap semua zat asing
Ø Terjadi
Pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau mengendalikan
infeksi
Ø Eksposur
menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
Ø Tidak
ada memori imunologikal
Ø Respon
tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba
Berbagai
faktor yang disebut determinan berpengaruh terhadap sistem imun nonspesifik
sebagai adalah spesies, keturunan dan usia, hormon, suhu, faktor nutrisi, flora
normal dan stress.
Pada
imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama
dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan
dilindungi dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik,
kimia dan flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk
melawan mikroba patogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi
antimikroba.
Imunitas
adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon imun yang
lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang tiap patogen diingat oleh tanda
antigen.[39] Respon
imun adaptif spesifik-antigen dan membutuhkan pengenalan antigen "bukan
sendiri" spesifik selama proses disebut presentasi antigen.
Jadi
jika Tubuh kita terasa tidak enak atau sudah ada gejala sakit, Jangan terlalu
langsung cepat mengkonsumsi obat-obatan kimia, antibiotic,atau berobat dengan
resep dokter,,beri kesempatan pada Tubuh kita dalam hal ini Sistem Imun untuk
menyembukan diri sendiri yang tentunya dibarengi dengan istirahat yang cukup
dan hindari stress. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk
melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen,
termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul
ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya
infeksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Aggrie
Daston 2010. Imunitas Bawaan Dalam Tubuh Manusia.dikeluarkan oleh Bagian
Penelitian Kesehatan Hewan .yokyakarta.
Copeland
K, Heeney J (1996). "T
helper cell activation and human retroviral pathogenesis". Microbiol ITB .Bogor
Muchtaromah, Bayyinatul.
2012 Kelainan Sistem Imun .Kelainan Sistem Imun diakses pada tanggal 15
Sebtember 2014
Stram
Y, Kuzntzova L. (2006). "Inhibition of viruses by RNA
interference". Virus Genes 32 IPB jakarta
Wikipedia.Mannan-binding
lectin. (Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Mannan
binding_lectin , diakses pada tanggal 15
Sebtember 2014
0 komentar:
Posting Komentar