ANTIGEN DAN IMUNOGEN
PENDAHULUAN
1 Sistem imun
System
imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai komponen
system imun bekerja sama dalam sebuah respon imun. Apabila seseorang secara
imunologis terpapar pertama kali dengan antigen kemudian terpapar lagi dengan
antigen yang sama, maka akan timbul respon imun sekunder yang lebih efektif.
Reaksi tersebut dapat berlebihan dan menjurus ke kerusakan individu mempunyai
respon imun yang menyimpang. Kelainan yang disebabkan oleh respon imun tersebut
disebut hipersensitivitas. Secara garis besar dapat digolongkan adanya dua
kelompok respon imun abnormal yang berlebihan. Kelompok pertama adalah respon
yang berlebihan terhadap antigen asing (hipersensitivitas) yang berakibat
kerusakan jaringan, di mana kelainan ini dibagi menjadi 4 tipe reaksi
hipersensitivitas dan kelompok kedua adalah respon terhadap antigen sendiri
(self antigen) yang berakibatkan terjadinya penyakit autoimun
2. Pengertian Antigen dan Imunogen
Antigen adalah
suatu substansi yang dianggap asing oleh tubuh, dan akan memacu terjadinya
respon imun yang akan akhirnya akan memacu produksi antibodi. Antigen yang
berhasil masuk ke dalam tubuh akan mengaktifkan berbagai respon imun spesifik
maupun non-spesifik. Jika antigen ini
tidak ditangani dengan baik oleh sistem imun kita, antigen tersebut
dapat menimbulkan penyakit sesuai dengan jenis penyakit yang dibawanya.
Imunogen adalah
substansi yang menginduksi respon imun spesifik, humoral, seluler, atau
keduanya. Setelah diolah oleh Antigen Presenting Cell (APC), maka
imunogen akan pecah menjadi antigen yang dapat bereaksi dengan produk
respon imun spesifik. Sementara hapten berukuran lebih kecil dari
antigen. Karena ukurannya yang kecil itulah, maka hapten tidak imunogenik. Akan
tetapi, bila digabungkan dengan suatu molekul pembawa, maka gabungan tersebut
dapat menginduksi respon imun.
3Macam Macam Antigen
1.
Antigen eksogen Adalah antigen yang
disajikan dari luar tubuh hospes dalam bentuk mikroorganisme, tepung sari, obat
obatan atau polutan Antigen ini bertanggung jawab terhadap suatu spectrum
penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang
ditengahi imunologik, seperti misalnya asma bronkiale
2.
Antigen endogen Adalah antigen yang
terdapat dalam individu Meliputi : antigen xenogeneik (heterolog/heterogeneik),
antigen idiotipik (autolog), dan antigen alogeneik (homolog)
3.
Antigen xenogeneik / heterolog /
heterogeneik Adalah antigen yang terdapat dalam aneka macam spesies yang secara
filogenetik tidak ada hubungannyaPenting pada kedokteran klinik, karena
antigen-antigen ini menimbulkan respons antibody yang berguna dalam diagnosis
penyakit
4.
Antigen idiotipik dan autolog Merupakan
komponen tubuh sendiri Contoh : antigen-antigen spesifik immunoglobulin.
5.
Antigen alogeneik / homolog Adalah
antigen yang secara genetic diatur oleh determinan antigenic yang membedakan
satu individu spesies tertentu dari individu lain pada spesies yang sama Pada
manusia, determinan antigenic semacam ini terdapat pada sel-sel darah merah,
sel-sel darah putih, trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun
jaringan tertentu dari tubuh termasuk antigen histokompatibiltas
4. Antigen mempunyai 2 pengertian,
yaitu :
Suatu
molekul yang dapat dikenal oleh suatu antibody atau reseptor sel T, sehingga ia
bertindak sebagai target suatu respon imun, tapi belum tentu ia dapat
menginduksi respon imun
Molekul yang merangsang timbulnya respon imun (disebut juga imunogen)
Molekul yang merangsang timbulnya respon imun (disebut juga imunogen)
5. Sifat Antigenisitas
Antigenisitas
adalah Sifat zat (antigen) yang memungkinkan zat tersebut bereaksi dengan
produk-produk dari respon imun spesifik, yaitu antibody atau limfosit T yang
tersensitisasi spesifik Kemampuan antigen untuk berikatan secara spesifik
dengan produk akhir dari suatu respon imun, di mana bisa berupa antibody atau
reseptor permukaan sel
6. Imunogen
Imunogen
adalah Molekul atau gabungan molekul yang dapat merangsang timbulnya respon
imun pada inang tertentu. Karena antigen mempunyai 2 pengertian, yaitu
: Molekul yang merangsang timbunya respon imun (disebut juga imunogen) dan
Molekul yang bereaksi dengan antibodi tanpa melihat kemampuan untuk merangsang pembentukan antibodi Jadi, imunogen pasti antigen, tapi antigen belum tentu imunogen.
Molekul yang bereaksi dengan antibodi tanpa melihat kemampuan untuk merangsang pembentukan antibodi Jadi, imunogen pasti antigen, tapi antigen belum tentu imunogen.
7. Struktur Antigen
1. Imunogen
Imunogen adalah
molekul besar dari sebuah antigen yang bersifat sebagai molekul pembawa karena
membawa molekul kecil (hapten) dari suatu antigen. Imunogen ini dapat dikenal
oleh antibodi dan memacu pembentukan antibodi (imunogenik)
2. Hapten
Hapten adalah
molekul kecil yang mempunyai kandungan antigenik (molekul karier) yang diikat
oleh molekul besar (imunogen). Namun hapten ini tidak dapat memacu produksi
antibodi jika tidak berikatan dengan molekul besar sehingga disebut sebagai
molekul non-imunogenik.
8. Pengertian dan Fungsi Antigen
Antibodi
Klasifikasi Antigen
Antigen dapat
dibagi jenisnya berdasarkan asal, determinan, spesifitas, dan bahan kimianya.
Berikut pembagiannya.
1. Berdasarkan Asal
a.
Eksogen, karena berasal dari luar tubuh
b.
Endogen, karena berasal dari dalam tubuh
2. Berdasarkan
Determinan
a.
Unideterminan univalen : hanya memiliki satu
jenis determinan dan jumlahnya satu
b.
Unideterminan multivalen : hanya
memiliki satu jenis determinan namun berjumlah lebih dari satu pada satu
molekul
c.
Multideterminan univalen : memiliki dua
atau lebih jenis determinnan namun hanya berjumlah satu pada setiap jenis
determinannya
d.
Multideterminan multivalen : memiliki
dua atau lebih jenis determinan dan setiap jenisnya berjumlah lebih dari satu.
3. Berdasarkan
Spesifitas
a.
Heteroantigen : dimiliki oleh banyak spesies
b.
Xenoantigen : dimiliki oleh banyak spesies namun hanya spesies tertentu saja
c.
Aloantigen : dimiliki oleh individu dalam satu spesies saja
d.
Antigen Organ Spesifik : hanya dimiliki oleh organ tertentu saja
e.
Autoantigen : berasal dari tubuh sendiri
4. Berdasarkan Bahan
Kimia
a.
Polisakarida
b. Lipid
c. Asam
nukleat
d.
Protein
Pada umumnya, antigen
yang tersusun oleh polisakarida dan protein bersifat imunogenik, sedangkan jika
tersusun oleh lipid dan asam nukleat biasanya tidak imunogenik kecuali berikatan
dengan protein pembawa.
9. Pengertian Antibodi
Antibodi adalah
sekelompok substansi protein yang diproduksi karena adanya pajanan antigen
terhadap limfosit. Antibodi bisa juga disebut sebagai imunoglobulin (Ig).
10. Struktur Antibodi
Antibodi tersusun
oleh 4 rantai polipeptida (2 rantai polipeptida berat atau "heavy
chain" dan 2 polipeptida ringan atau "light chain". Antibodi
mempunyai bentuk seperti huruf Y. Kedua lengan bagian atas disebut
daerah variable, karena dapat berubah-ubah sesuai dengan antigen yang
diikat. Sedangkan lengan bagian bawah disebut daerah constan, karena
daerah tersebut tidak dapat berubah bentuk.
11. Jenis-Jenis Antibodi
Antibodi mempunyai
5 jenis yang berbeda, yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE.
1)
Imunoglobulin GMerupakan jenis Ig
terbanyak pada tubuh, dan satu-satunya Ig yang dapat menembus plasenta sebagai
pertahanan pada bayi. IgG mempunyai 4 subkelas, yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan
IgG4.
2)
Imunoglobulin AMerupakan jenis Ig
terbanyak kedua pada tubuh. Ig ini berfungsi menjaga permukaan luar tubuh.
Biasanya ditemukan pada air mata, saliva, kolostrum, dan mukus. IgA mempunyai 2
subkelas, yaitu IgA1 dan IgA2
3)
Imunoglobulin MMerupakan jenis Ig yang
paling baik dalam mengikat komplemen karena strukturnya yang pentamer. Ig ini
disekresi pada tahap awal respon sel plasma sehingga berada pada permukaan sel
B sebagai reseptor antigen.
4)
Imunoglobulin DIg ini juga berada pada permukaan
sel B sebagai reseptor antigen, namun tidak dapat mengikat komplemen.
5)
Imunoglobulin EMerupakan jenis Ig yang
paling sedikit pada tubuh. Ig ini berfungsi sebagai mediator pelepasan histamin
sebagai respon alergi.
12. Interaksi Antigen-Antibodi
1)
Netralisasi, yaitu antibodi yang
menghalangi antigen untuk berikatan dengan sel lain sehingga tidak menimbulkan
efek yang merugikan.
2)
Aglutinasi, yaitu antigen yang dianggap
asing oleh antibodi diikat lalu membentuk gumpalan. Terjadi apabila antigen
bersifat karier, contohnya eritrosit.
3)
Presipitasi, yaitu antigen dan antibodi
yang mengendap ketika bertemu. Hal ini dapat terjadi jika antigen bersifat
larut air.
13. Sifat Imunogenisitas
Adalah
kemampuan suatu imunogen untuk menginduksi suatu respon imunitas pada inang
tertentu, baik yang humoral maupun seluler Faktor yang mempengaruhi imunogenitas
suatu imunogen Derajat Keasingan Sifat imun yang normal dapat membedakan mana
molekul milik sendiri (self) dan mana yang molekul bukan milik sendiri
(nonself) Molekul yang dikenal pada limfosit yang belum matang (immature)
disebut molekul sel milik sendiri (self), sehingga tidak perlu dilawan. Molekul
yang dikenal pada limfosit yang sudah matang (mature) disebut molekul sel bukan
milik sendiri (nonself), sehingga perlu dilawan Sifat asing dapat terjadi jika
ada perubahan konfigurasi atau komposisi substansi yang semula bukan substansi
asing
Ukuran Molekul Imunogen yang paling poten adalah makromolekul protein yang mempunyai berat molekul 100.000 dalton. Jika beratnya kurang dari 100.000 dalton, maka imunogen bersifat lemah Molekul yang sangat kecil (misal, asam amino) tidak bersifat imonugenik. Sedangkan molekul kecil tertentu (misal, hapten) dapat bersifat imonugenik hanya jika bergabung dengan protein pembawa (carrier). Kerumitan (Kompleksitas) kimiawi dan struktural Makin kompleks susunan suatu molekul imunogen, maka makin tinggi imunogenitas substansi yang bersangkutan
Contohnya, homopolimer asam amino kurang bersifat imunogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang berbeda Kepekaan terhadap presentasi dan pemrosesan antigen Makromolekul yang besar atau tidak larut lebih siap difagositosis, diproses dan dipresentasikan Limfosit T yang dipresentasikan atau diproses oleh antigen, kerjanya dilaksanakan oleh APC (Antigen-Precenting Cell) dengan bantuan MHC (Major Histocompatibility Complex).
Ukuran Molekul Imunogen yang paling poten adalah makromolekul protein yang mempunyai berat molekul 100.000 dalton. Jika beratnya kurang dari 100.000 dalton, maka imunogen bersifat lemah Molekul yang sangat kecil (misal, asam amino) tidak bersifat imonugenik. Sedangkan molekul kecil tertentu (misal, hapten) dapat bersifat imonugenik hanya jika bergabung dengan protein pembawa (carrier). Kerumitan (Kompleksitas) kimiawi dan struktural Makin kompleks susunan suatu molekul imunogen, maka makin tinggi imunogenitas substansi yang bersangkutan
Contohnya, homopolimer asam amino kurang bersifat imunogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang berbeda Kepekaan terhadap presentasi dan pemrosesan antigen Makromolekul yang besar atau tidak larut lebih siap difagositosis, diproses dan dipresentasikan Limfosit T yang dipresentasikan atau diproses oleh antigen, kerjanya dilaksanakan oleh APC (Antigen-Precenting Cell) dengan bantuan MHC (Major Histocompatibility Complex).
Enzim
pada APC hanya bisa mendegradasi asam amino L, tidak bisa jika asam aminonya
berbentuk D. Tatanan genetik penjamu Dua strain binatang dari species yang sama
dapat merespon secara berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan
komposisi gen respon imun Dosis, cara dan waktu pemberian imunogen Karena
derajat respon imun tergantung pada banyaknya imunogen yang diberikan, respon
imun dapat dioptimalkan dengan cara menentukan dosis imunogen dengan cermat,
cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantaradosis yang
diberikan) adalah mungkin untuk meningkatkan Respon imun dari suatu zat
dapat ditingkatkan dengan menggabungkanya dengan adjuvan.
Hapten
Hapten
adalah molekul kecil yang bersifat antigenic (misalnya protein) tapi tidak
imunogenik, yang bisa berikatan dengan produk respon imun tapi tidak bisa
membangkitkan respon imun. Antibody atau limfosit teraktivasi yang terbentuk
untuk melawan ikatan tersebut kemudian seringkali akan bereaksi secara terpisah
terhadap protein atau hapten.
Hapten yang menimbulkan tipe respon imun seperti ini biasanya berupa obat-obatan dengan berat molekul rendah, unsure kimiawi dalam debu, produk pemecahan ketombe dari hewan, bahan kimiawi industri , toksin dari racun tumbuh-tumbuhan yang menjalar ,dll. Hapten + Carriers → imunogenik
Hapten yang menimbulkan tipe respon imun seperti ini biasanya berupa obat-obatan dengan berat molekul rendah, unsure kimiawi dalam debu, produk pemecahan ketombe dari hewan, bahan kimiawi industri , toksin dari racun tumbuh-tumbuhan yang menjalar ,dll. Hapten + Carriers → imunogenik
Keterangan
: Hapten yang berikatan dengan carriers bersifat imunogenik yang disebut hapten
carriers conjugate.
Epitope dan
determinannya
Epitope disebut juga
antigenic determinant Epitope adalah : Suatu tempat-tempat tertentu dari suatu
imunogen yang sifatnya aktif, yang akan berikatan dengan antibody atau dengan reseptor
spesifik pada permukaan limfosit T Posisi epitope dengan antibody harus berdekatan
dan sesuai yang merupakan ikatan non kovalen. Jumlah epitop pada satu molekul
antigen berbeda dengan jumlah epitop pada antigen yang lain Dari hasil
penelitian bahwa imunogan sedikitnya harus memiliki 2 determinan/ 2 epitop
untuk dapat merangsang pembentukan antibody.
14. Struktur Antibody
Semua
immunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai polipeptida berat (Heavy chains /
H-chains) dan rantai polipeptida ringan (Light chains / L-chains Kebanyakan
merupakan kombinasi 2 rantai berat identik dan 2 rantai ringan identik Antara
rantai yang satu dengan yang lain, berikatan melalui ikatan disulfide (S-S) 5
macam rantai berat, yaitu : Ada 3 kelompok gena yang berbeda, yang
terlibat dalam produksi daerah variable rantai-rantai berat, yaitu : gena
variable (VH), gena diversitas (D), gena joining (JH), yang bersama-sama
menghasilkan spesifitas tertentu dari antibody. Pengenalan antigen yang berbeda
tergantung pada V-D-J nya
15. 2 macam rantai ringan, yaitu :
Meskipun
begitu ada immunoglobulin yang mempunyai kombinasi sampai 10 rantai berat dan
10 rantai ringan, misalnya IgM Dalam semua immunoglobulin, tiap rantai berat
sejajar dengan satu rantai ringan pada salah satu ujungnya. Jadi membentuk satu
pasangan rantai berat dan rantai ringan Ujung setiap rantai ringan dan rantai
ringan, disebut “bagian yang berubah” (variable segment) Sisa dari
masing-masing rantai, disebut “bagian yang tetap” (constant segment) terdapat 2
“tempat yang dapat berubah”, untuk melekatnya antigen, maka antibody ini
disebut bersifat bivalen “Bagian yang dapat berubah” tersebut berbeda-beda
untuk setiap sifat antibody dan bagian inilah yang secara khusus melekat pada
tipe antigen tertentu “Bagian yang tetap” dari antibody menentukan sifat-sifat
lain dari antibody, menetapkan beberapa factor seperti penyebaran antibody
dalam jaringan, pelekatan pada kompleks komplemen, antibody melewati membrane,
dan sifat-sifat biologis lain dari antibody - Fragmentasi immunoglobulin oleh
Papain Imunoglobulin yang diberi enzim proteolitik papain , akan terpecah menjadi
3 fragmen, yaitu : 2 fragmen Fab (antigen binding site) dan 1 fragmen Fc
(fragmen yang konstan) Papain memecah Ig pada terminal asam amino di tempat
ikatan S-S yang mengikat kedua rantai H satu dengan yang lain Fragmen-fragmen
IgG yang dihasilkan oleh pemecahan Papain : Pembeda Fab Fc Pembentukan Dibentuk
oleh domain terminal N Dibentuk oleh domain terminal C Komposisi
16. Fungsi Antibodi
Membantu
imunitas melawan beberapa agen infeksi yang disebarkan melalui darah seperti
bacteria, virus, parasit, dan beberapa jamur karena gamaglobulin mengandung
sebagian besar antibody serumàMemberi
aktifitas antibody dalam jaringan Mengikat
dan menghancurkan antigen, namun demikian pengikatan antigen tersebut kurang
memberikan dampak yang nyata kalau tidak disertai fungsi efektor sekunder.
Fungsi efektor sekunder yang penting adalah memacu aktivasi komplemen, di
samping itu merangsang pelepasan histamine oleh basofil atau mastosit dalam
reaksi hipersensitivitas tipe segera
17. Variabilitas Antibody
Immunoglobulin
merupakan kumpulan protein yang sangat heterogen. Heterogenitas ini disebabkan
oleh susunan asam amino yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan
mengakibatkan perbedaan struktur molekul. Hal ini selanjutnya menimbulkan
variabilitas dalam determinan antigenik Ig. Keragaman antibodi tergantung pada
:
1)
Segmen gen V, D dan J multiple.
2)
Hubungan kombinasi misalnya hubungan
tiap segmen V, tiap segmen D dan Segmen
3)
Kombinasi acak rantai L dan H yang
berbeda
4)
Mutasi somatik
5)
Keragaman junctional yang dihasilkan
oleh penggabungan yang tepat selama penyusunan kembali dan mengakibatkan
perubahan atau penghilangan asam amino dalam regio hipervariabel
6)
Keragaman intersional, yaitu enzim
deoksinukleotidil transferase ujung menyisipkan kelompok kecil nukleotida pada
persilangan ( junctional ) V – D dan D – J ( keragaman regio N).
18. Variabilitas antibodi dapat
digolongkan berdasarkan
1.
Variasi Isotip Pada manusia terdapat 9
isotop H chain fungsional. Sesuai dengan sub kelas Immunoglobulin. Pada orang
normal dapat dijumpai 5 kelas immunoglobulin, yaitu Ig A, Ig D, Ig E, Ig G dan
Ig M. Tetapi dalam satu kelas dapat dijumpai beberapa sub kelas seperti Ig G1,
Ig G2, Ig G3 dan Ig G4. Karena semua bagian konstan H – chain yang
terdapat pada berbagai kelas dan sub kelas itu dapat djumpai pada satu orang
maka bagian tersebut dinamakan varian Isotip. Sebutan varian isotip juga
berlaku bagi bagian konstan L – chain kappa dan lamda yang dapat dijumpai pada
semua kelas dan subkelas Ig dan terdapat pada semua orang.
2.
Variasi Alotip Determinant antigen satu
varian isotip imnoglobulin satu species dapat juga berbeda dengan yang lain.
Perbedaan ini ditentukan secara genetik dan disebut varian Alotip. Contohnya ;
golongan darah rhesus.
3.
Variasi Idotip Adalah determinant
Antigen yang diasosiasikan dengan reseptor binding site. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa antibodi terhadap antigen yang sama dan diproduksi oleh
individu yang berbeda secara genetik, dapat memiliki idiotip yang sama.
Idiotip inilah yang membedakan satu molekul imunoglobulin dengan molekul imunoglobulin yang lain dalam alotip yang sama.
Idiotip inilah yang membedakan satu molekul imunoglobulin dengan molekul imunoglobulin yang lain dalam alotip yang sama.
4.
Variasi idiotip adalah karakterisitik
bagi setiap molekul antibodi.
19. Klas dan Subklas Imunoglobulin
Klas
Imunoglobulin Pembagian molekul imunoglobulin berdasarkan atas determinan
antigen yang unik pada regio Fc dari rantai H. Pada manusia terdapat 5 ( lima )
kelas imunoglobulin yaitu ;
A.
Ig A Merupakan kelas Ig kedua terbanyak
dalam serum Merupakan Imunoglobulin utama pada hasil sekresi misalnya susu,
saliva dan air mata serta sekresi traktus respiratorius, intestinal, dan
genital. Fungsi : Imunoglobulin ini
melindungi membran mukosa dari serangan bakteri dan virus. Kehadirannya
dalam kolostrum dapat membantu sistem imun bayi baru lahir Membatasi absorbsi
antigen yang berasal dari makanan Tiap molekul Ig A (berat molekul 400.000)
terdiri dari dua unit H2 L2 dan satu molekul yang terdiri atas rantai J dan
componen sekresi Komponen sekretorik ini mengikat dimer Ig A dan mempermudah trasnpornya
melintasi epitel sel epitel mucosa dengan cara endositosis Beberapa Ig A
terdapat dalam serum sebagai monomer H2 L2. Terdapat sedikitnya dua sub
kelas yaitu Ig A1 dan Ig A2. Beberapa bakteri ( misalnya neisseria ) dapat
merusak Ig A1 dengan cara menghasilkan protease sehingga menghalangi imunitas
yang diperantarai antibodi pada permukaan mukosa. Half-life = 5-6 hari
B.
Ig D Konsentrasinya dalam serum sedikit,
tapi dalam darah tali pusat cukup tinggi
Fungsi : Bertindak sebagai reseptor antigen ketika terdapat pada permukaan limfosit B tertentu dan berperan mengawali respon imun. Keberadaannya bersama Ig M pada permukaan limfosit menimbulkan dugaan bahwa keduanya berinteraksi sebagai reseptor antigen dalam mengendalikan aktivasi dan penekanan limfosit Sifat : Lebih lentur karena punya bagian engsel yang lebih panjang sehinga dapat melakukan ikatan silang dengan antigen polivalen secara lebih efisien mungkin inilah yang menyebabkan umur Ig D pendekSangat peka terhadap enzim proteolitik
Fungsi : Bertindak sebagai reseptor antigen ketika terdapat pada permukaan limfosit B tertentu dan berperan mengawali respon imun. Keberadaannya bersama Ig M pada permukaan limfosit menimbulkan dugaan bahwa keduanya berinteraksi sebagai reseptor antigen dalam mengendalikan aktivasi dan penekanan limfosit Sifat : Lebih lentur karena punya bagian engsel yang lebih panjang sehinga dapat melakukan ikatan silang dengan antigen polivalen secara lebih efisien mungkin inilah yang menyebabkan umur Ig D pendekSangat peka terhadap enzim proteolitik
C.
Ig E Merupakan antibodi dengan jumlah
sedikit (hanya 0,0004% dari kadar Ig total), tetapi merupakan antibodi yang
berperanan penting dalam peristiwa alergi. Sifat : kemampuannya melekat erat
pada permukaan mastosit atau basofil Regio Fc dari Ig E terikat pada reseptor
pada permukaan sel mast dan basofil.
Ig E yang terikat ini bertindak sebagai reseptor untuk antigen yang menstimulasi produksinya sehingga terbentuk kompleks antigen – antibodi yang memicu terjadinya respon alergi tipe cepat anafilaksis ) melalui pelepasan mediator. Parasit yang dilapisi Ig E lebih mudah membunuh eosinofil Kadar Ig E pada individu atopik lebih tinggi dibanding individu normal Pada orang dengan hipersensitivitas alergi yang diperantarai antibodi tersebut, konsentrasi Ig E meningkat dengan cepat dan Ig E dapat terdapat pada sekresi eksternal. Ig E serum juga meningkat secara tipikal selama infeksi cacing.
Sel plasma yang memproduksi Ig E terdapat dalam tonsil dan sinusoid dan padajaringan limfotik sepanjang mukosa saluran nafas dan saluran cerna
Ig E yang terikat ini bertindak sebagai reseptor untuk antigen yang menstimulasi produksinya sehingga terbentuk kompleks antigen – antibodi yang memicu terjadinya respon alergi tipe cepat anafilaksis ) melalui pelepasan mediator. Parasit yang dilapisi Ig E lebih mudah membunuh eosinofil Kadar Ig E pada individu atopik lebih tinggi dibanding individu normal Pada orang dengan hipersensitivitas alergi yang diperantarai antibodi tersebut, konsentrasi Ig E meningkat dengan cepat dan Ig E dapat terdapat pada sekresi eksternal. Ig E serum juga meningkat secara tipikal selama infeksi cacing.
Sel plasma yang memproduksi Ig E terdapat dalam tonsil dan sinusoid dan padajaringan limfotik sepanjang mukosa saluran nafas dan saluran cerna
D.
Ig G Pada orang normal terdiri dari
sekitar 75 % dari seluruh anti bodi.
Merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan menyusun pertahanan yang penting melawan bakteri dan virus. Paling mudah berdifusi ke dalam jaringan ekstravakular dan melakukan aktivitas antibodi di jaringan Ig G merupakan satu – satunya anti bodi yang dapat melintasi plasenta. Oleh karena itu merupakan Imunoglobulin yang paling ditemukan pada bayi baru lahir. Tiap molekul Ig G terdiri dari dua rantai H yang dihubungkan oleh ikatan sulfida oleh karena itu imunoglobulin ini mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik maka disebut bivalen Terdapat empat sub kelas yang dibedakan berdasarkan perbedaan antigenik dan lokasi ikatan disulfida, yaitu Ig G1, Ig G2, Ig G3, Ig G4. Ig G1 merupakan 65 % dari Ig G. Ig G2 ditujukan untuk melawan antigen polisakarida dan mungkin berperan penting dalam pertahan penjamu melawan bakteri berkapsul.
Merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan menyusun pertahanan yang penting melawan bakteri dan virus. Paling mudah berdifusi ke dalam jaringan ekstravakular dan melakukan aktivitas antibodi di jaringan Ig G merupakan satu – satunya anti bodi yang dapat melintasi plasenta. Oleh karena itu merupakan Imunoglobulin yang paling ditemukan pada bayi baru lahir. Tiap molekul Ig G terdiri dari dua rantai H yang dihubungkan oleh ikatan sulfida oleh karena itu imunoglobulin ini mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik maka disebut bivalen Terdapat empat sub kelas yang dibedakan berdasarkan perbedaan antigenik dan lokasi ikatan disulfida, yaitu Ig G1, Ig G2, Ig G3, Ig G4. Ig G1 merupakan 65 % dari Ig G. Ig G2 ditujukan untuk melawan antigen polisakarida dan mungkin berperan penting dalam pertahan penjamu melawan bakteri berkapsul.
E.
Ig M Antibodi yang berukuran paling
besar Merupakan imunoglobulin yang diproduksi pada awal respon imunitas
primer. Ig M terdapat pada permukaan semua sel B yang belum aktif. Ig
M ini tersusun atas lima unit H2 L2 ( masing – masing hampir sama Ig G ) dan satu
molekul rantai J ( joining ) Merupakan Pentamer ( berat molekul 900.000 ) yang
mempunyai total sepuluh tempat pengikatan antigen yang identik oleh karena itu
disebut mempunyai valensi 10.
Merupakan
imunoglobulin yang paling efisien dalam proses aglutinasi dan fiksasi komplemen
dan reaksi antigen – antibodi lainnya serta penting juga dalam pertahanan
melawan bakteri dan virus. Imunoglobulin ini dapat diproduksi oleh fetus yang
terinfeksi.
Menunjukkan afinitas rendah terhadap antigen dengan determinan tunggal (hapten)
Karena molekul Ig M multivalen, maka Ig M dapat berinteraksi dengan antigen dengan melibatkan semua tempat pengikatan (epitope) antigen tersebut, sehingga memiliki aviditas tinggi SubKlas Imunoglobulin Pembagian kelas imunoglobulin berdasarkan perbedaan struktur dan perbedaan antigenik pada rantai H.
Menunjukkan afinitas rendah terhadap antigen dengan determinan tunggal (hapten)
Karena molekul Ig M multivalen, maka Ig M dapat berinteraksi dengan antigen dengan melibatkan semua tempat pengikatan (epitope) antigen tersebut, sehingga memiliki aviditas tinggi SubKlas Imunoglobulin Pembagian kelas imunoglobulin berdasarkan perbedaan struktur dan perbedaan antigenik pada rantai H.
20.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi mekanisme pengenalan antigen :
1.
Spesifitas adalah respon yang timbul
terhadap antigen, bahkan terhadap komponen structural kompleks protein /
polisakarida yang berbeda, tidak sama. Bagian dari antigen tersebut yang
dikenal oleh limfosit disebut determinan antigen / epitop. Spesifitas terjadi
karena masing masing limfosit mengekspresikan reseptor yang mampu membedakan
struktur antigen 1 dengan yang lain walaupun itu sangat kecil.
Klon limfosit dengan berbagai spesifitas terdapat pada individu yang belum tersensitasi dan mampu mengenal dan membedakan respons terhadap antigen asing.
Klon limfosit dengan berbagai spesifitas terdapat pada individu yang belum tersensitasi dan mampu mengenal dan membedakan respons terhadap antigen asing.
2.
Diversitas adalah jumlah total
spesifitas limfosit terhadap antigen dalam 1 individu yang disebut limfosit
repertoireI, sangat besar. Diduga bahwa system imun dapat membedakan sekitar
109 antigen yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena limfosit memiliki
reseptor terhadap antigen dengan struktur yang berbeda-beda, tergantung pada
antigen yang dikenalnya. Setiap klon limfosit memiliki struktur reseptor yang
berbeda dari klon limfosit yang lain sehingga dengan demikian terdapat diversitas
repertoire yang sangat besar
3.
Afinitas Kekuatan total interaksi non
kovalen antara antigen yang mengikat antibody dan epitop merupakan gaya
gabungan (afinitas) dari antibody untuk epitop tersebut
Antibody dengan afinitas yang rendah mengikat antigen dengan lemah dan cenderung memisah Sedangkan antibody dengan afinitas tinggi mengikat antigen dengan ketat dan sisa ikat lebih panjang
Antibody dengan afinitas yang rendah mengikat antigen dengan lemah dan cenderung memisah Sedangkan antibody dengan afinitas tinggi mengikat antigen dengan ketat dan sisa ikat lebih panjang
4.
Aviditas Afinitas pada suatu
ikatan sebenarnya tidak selalu mencerminkan kekuatan interaksi antara antibody
dan antigen Ketika komplek antigen berisi berbagai factor penentu yang
antigenic dan tercampur dengan antibody yang terikat, interaksi dari molekul
antibody dan molekul antigen pada satu sisi akan meningkatkan kemungkinan dari
reaksi kedua molekul itu pada lokasi yang kedua Kekuatan interaksi antara
antibody multivalent dan antigen itulah yang disebut dengan aviditas Aviditas
dari antibody lebih baik dalam mengukur terikatnya kapasitas dalam system
biologi (Contohnya yaitu : reaksi antibody dengan antigenic determinan pada
virus atau bakteri) dibanding afinitas Aviditas yang tinggi dapat menggantikan
kerugian untuk afinitas yang rendah Ikatan dalam interaksi antigen dan
antibody Interaksi antigen-antibodi adalah asosasi biomolekuler yang mirip
dengan interaksi enzin-substrat, dengan perbedaan penting : ini tidak mengarah
pada perubahan kimiawi yang tidak dapat diubah lagi. Interaksi diantara
antibody dan antigen meliputi berbagai macam interaksi non kovalen diantara
determinan antigenic, atau epitope, antigen dan dominant wilayah variabel dari
molekul antibody, khususnya wilayah-wilayah hipervariabel, atau wilayah yang
menentukan pelengkap (CDR)
Spesifikasi
yang sangat halus dari interaksi-interaksi antigen-antibodi mengarah pada
pengembangan berbagai macam kadar immunologis, kadar ini bisa digunakan untuk
mendeteksi kehadiran antibody-antigen dan memainkan peranan penting dalam
mendiagnosa penyakit,memantau level respon imun humoral, dan mengidentifikasikan
molekul-molekul untuk kepentingan biologis atau medis. Kadar ini berbeda dalam
hal kecepatan dan kepekaan mereka ; beberapa adalah sangat kualitatif dan
lainnya kuantitatif. Ikatan dalam interaksi antigen antibody adalah ikatan
non-kovalen jadi apabila ingin melekat letaknya harus dekat.
Beberapa
macam ikatan non kovalen, yaitu : ikatan hidrofobik ikatan hydrogenikatan
hidrogen adalah sejenis gaya tarik antarmolekul yang terjadi antara dua muatan
listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan merupakan gaya tarik menarik
elektrostatik kuat antara hidrogen pada satu molekul dengan atom N , O atau F dari
molekul lain Ikatan ionic Ikatan ionik merupakan ikatan yang terbentuk antara
unsur yang ingin membebaskan elektron dengan unsur yang ingin menerima
elektron. atau gaya tarik menari elektrostatik antara ion posiif dan ion
negatif Ikatan van der waals gaya van der waals terjadi akibat distribusi
muatan yang tidak simetri
21. Reaksi Hipersensitivitas
Pengertian
Hipersensitivitas Adalah : Respon atau reaksi imun yang berlebihan atau tidak
terkontrol. Reaksi ini terjadi bila jumlah antigen yang masuk relative banyak
atau bila status imunologik seseorang baik selular maupun humoral meningkat.
Reaksi ini tidak pernah timbul pada pemaparan antigen pertama dan merupakan
ciri khas individu bersangkutan
22. Macam Macam Dan Contoh Reaksi
Hipersensitivitas
Berdasarkan
mekanisme reaksi imunologik yang terjadi, secara umum reaksi hipersensitivitas
dibagi menjadi 4 golongan, yaitu tipe I, II, III, dan IV Reaksi tipe I, II, dan III terjadi karena
interaksi antara antigen dengan antibody, sehingga termasuk reaksi humoral Sedangkan
reaksi tipe IV terjadi karena interaksi antara antigen dengan reseptor yang
terdapat pada permukaan limfosit T dan mengaktifkan limfosit T sehingga
termasuk reaksi selular
Tipe
reaksi : 1.Tipe I : Reaksi Hipersensitivitas tipe segera Terjadi apabila
antigen lingkungan dan respons Ig E menyebabkan pelepasan berbagai mediator
oleh sel mastosit yang berakibat reaksi inflamasi Bila antigen (khususnya
Alergen) berikatan dengan molekul IgE yang sebelumnya telah melekat pada
permukaan mastosit atau basofil, maka hal itu akan menyebabkan dilepaskannya
berbagai mediator oleh mastosit dan basofil yang secara kolektif mengakibatkan
peningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi, kontraksi otot polos bronkus
dan saluran cerna inflamasi lokal. Mediator-mediatornya : IgE disebut antibody
homosititropik atau regain dengan sifat khas, yaitu: afinitas yang tinggi pada
mastosit dan basofil melalui reseptor Fc pada permukaan sel bersangkutan yang
mengikat fragmen FcIgE, berperan besar pada reaksi anafilaktik IgG4 mempunyai
kemampuan serupa dengan IgE tetapi dengan afinitas yang jauh lebih rendah.
Berbagai
jenis limfokin dan sitokin dengan peran multifungsi juga dilepaskan pada reaksi
ini sebagai akibat aktivasi mastosit oleh IgE. IL-3 dan IL-4 mungkin mempunyai
dampak autokrin pada sel mastosit bersangkutan dan substansi ini bersama-sama
dengan sitokin lain meningkatkan produksi IgE oleh sel B. IL-5, IL-8 dan IL-9
berperan dalam proses khemotaksis dan aktivasi sel-sel inflamasi di daerah
terjadinya alergi. Eosinofil merupakan sel yang menghasilkan berbagai mediator
inflamasi yang dilepaskan bila sel itu diaktivasi misalnya : Major Basic
Protein (MBP) dan Neurotoksin. Granula mastosit mengandung beberapa jenis
protease; dua diantaranya adalah tryptase dan chymase yang dapat merombak
peptide intestinal vasoaktif yang merupakan mediator relaksasi bronkus.
PENUTUP
1.
Antigen adalah suatu molekul yang dapat
dikenal oleh suatu antibody atau reseptor sel T, sehingga ia bertindak sebagai
target suatu respon imun, tapi belum tentu ia dapat menginduksi respon imun
2.
Ada 2 macam antigen, yaitu antigen
endogen dan antigen eksogen
3.
Antigenisitas adalah kemampuan antigen
untuk berikatan secara spesifik dengan produk akhir dari suatu respon imun, di
mana bisa berupa antibody atau reseptor permukaan sel
4.
Imunogen adalah molekul atau gabungan
molekul yang dapat merangsang timbulnya respon imun pada inang tertentu
5.
Imunogen pasti antigen, tapi antigen
belum tentu imunogen.
6.
Imunogenisitas adalah kemampuan suatu
imunogen untuk menginduksi suatu respon imunitas pada inang tertentu, baik yang
humoral maupun seluler
7.
Faktor yang mempengaruhi imunogenitas
suatu imunogen : derajat keasingan, ukuran molekul, kerumitan (kompleksitas)
kimiawi dan structural, kepekaan terhadap presentasi dan pemrosesan antigen,
tatanan genetik penjamu, serta dosis, cara dan waktu pemberian imunogen
8.
Hapten adalah molekul kecil yang
bersifat antigenic (misalnya protein) tapi tidak imunogenik, yang bisa berikatan
dengan produk respon imun tapi tidak bisa membangkitkan respon imun.
9.
Epitope adalah suatu tempat-tempat
tertentu dari suatu imunogen yang sifatnya aktif, yang akan berikatan dengan
antibody atau dengan reseptor spesifik pada permukaan limfosit T
10.
Antibody dibentuk oleh sel limfosit B
dan didistribusikan ke dalam cairan limfe dan sirkulasi darah
11.
Respon sekunder lebih cepat dan lebih
kuat daripada respon primer karena disebabkan adanya sel memory
12.
Struktur antibody adalah terdiri dari
rantai berat (H-chain) dan rantai ringan (L-chain) yang berikatan melalui
ikatan disulfide
13.
Selain itu antibody terdiri dari 2
segmen : variable segmen dan constant segmen
14.
Variabilitas antibody digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu variasi isotip, alotip, dan idiotip
15.
Ada 5 macam klas immunoglobulin, yaitu Ig
A, Ig G, Ig M, Ig D, Ig E
16.
Ig G mempunyai 5 subklas, yaitu Ig G1,
Ig G2, Ig G3, Ig G4, Ig G5. Sedangkan Ig A mempunyai 2 subklas, yaitu Ig A1 dan
Ig A2
DAFTAR
PUSTAKA
Abbas AK, 2005.
Cellular and Molecular Immunology, updated edition 5th ed., WB Saunders Co.
Abbas,
Litchtman, 2006. Basic Immunology. Functions and Disorders of the immune
system, 2nd ed. Updated edition 2006-2007. WB Saunders Co.
Dra. Agnes Sri Harti,
M.Si : Imunologi Dasar & Imunologi Klinis, Graha Ilmu, Yogyakarta
Goldsby
RA, Kindt TJ, Osborne BA, 2000. Kuby Immunology, 4th ed. New York : WH Freeman
and Company.
Roitt I, 1994.
Essential Immunology. Jakarta : Widya Medika.
0 komentar:
Posting Komentar